Jam menunjukkan pukul 08 malam dan aku masih disini, di kantor dimana aku bisa melatih diriku dengan segala konsep dan idealisme yang kupunya. Pada malam ini tatkala aku sedang mencoba membuat suatu karya, aku disapa oleh seseorang yang begitu spesial dalam hidupku. Dia adalah hadiah terindah yang pernah kupunya. Dia adalah suamiku tercinta. Sudah hampir berbulan-bulan aku dan dia dipisahkan oleh suatu interval fisik antara Jakarta - Belanda. Tapi aku tak pernah lelah menjalani ini...justru saat inilah saat terbaik bagiku untuk semakin menguatkan fondasi cinta kami. Sungguh aku bersyukur padamu Robb atas skenario ini...semua tampak begitu sempurna...dengan setiap peristiwa yang kau design tanpa celah.
Mungkin orang berfikir, bukankah saat berani menikah berarti cinta mereka sudah sangat kuat? mungkin buat orang sepertiku jawabnya tidak.."aku hanya yakin bahwa ia adalah orangnya". Dengan dirinyalah akan kuhabiskan sisa hidupku... Tapi, aku belum cukup lugas menjawab pertanyaan-pertanyaan ini: sudah siapkah aku untuk kemudian selalu mengalah padanya, untuk kemudian mengesampingkan egoku dan ambisiku, untuk kemudian memberikan yang terbaik untuknya tanpa menuntut apapun?
Dan demi Allah, Engkaulah yang paling mengerti akan apa yang terbaik untuk hambamu. Kau memisahkan kami selama 1 tahun lebih agar suamiku menjalankan tugas belajarnya disana sehingga bisa menjadi imam yang lebih tangguh dan amanah sementara aku disini belajar untuk lebih banyak ikhlas dan mengalah. Kau memberikan kami waktu untuk lebih mengenal satu sama lain. Kau memberikan waktu untukku untuk selalu jatuh cinta setiap hari pada orang yang sama yaitu suamiku. Kau memberikan kesempatan untuk merasakan rindu dan arti satu sama lain. Dan pada akhirnya aku "BENAR-BENAR TELAH MENCINTAIMU"
Maka, Nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan (QS. Ar Rahman:13)
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesunggunya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7)
No comments:
Post a Comment